Berbicara di Gedung Putih, Biden mengatakan bahwa proposal itu terdiri dari tiga tahap. Pada tahap pertama akan mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh, penarikan pasukan IDF dari daerah berpenduduk dan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.
Menurutnya, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan Hamas. Karena bantuan kemanusian akan lebih banyak mengalir ke Gaza.
"Hamas mengatakan mereka menginginkan gencatan senjata. Kesepakatan ini adalah kesempatan untuk membuktikan apakah mereka benar-benar bersungguh-sungguh," ujarnya, seperti dikutip dari
BBC pada Minggu (2/5).
Kemudian tahap kedua, kata Biden, akan ada pengembalian semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara laki-laki. Gencatan senjata selanjutnya akan menjadi permanen.
Tahap ketiga dari proposal tersebut adalah mengembalikan jenazah terakhir sandera Israel yang meninggal, serta rencana rekonstruksi besar-besaran dengan bantuan AS dan internasional untuk membangun kembali rumah, sekolah, dan rumah sakit.
Dalam sambutannya, Biden mengakui bahwa beberapa warga Israel, termasuk pejabat di pemerintahan Israel, kemungkinan besar akan menentang proposal tersebut.
“Saya telah mendesak para pemimpin di Israel untuk mendukung kesepakatan ini. Terlepas dari tekanan (politik) apapun yang datang," tegasnya.
Selain Biden, desakan juga datang dari Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, yang mengatakan di X agar Hamas menerima kesepakatan ini sehingga perang dapat diakhiri.
“Kami sudah lama berpendapat bahwa penghentian pertempuran bisa berubah menjadi perdamaian permanen jika kita semua siap mengambil langkah yang tepat," cuit Cameron.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyambut baik perkembangan tersebut. Dia mengatakan dunia telah menyaksikan terlalu banyak penderitaan dan kehancuran di Gaza dan mengatakan ini adalah waktunya untuk berhenti.
“Saya menyambut inisiatif Presiden Biden dan mendorong semua pihak untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan gencatan senjata, membebaskan semua sandera, menjamin akses kemanusiaan tanpa hambatan [dan] pada akhirnya perdamaian abadi di Timur Tengah,” cuit Guterres.
BERITA TERKAIT: